WIEF ke-12: Tingkatkan Sinergi Negara-negara Islam (Bahasa Indonesia)

2016

Aug  3rd

Sinergi negara-negara Islam diyakini mampu menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam menjawab tantangan ekonomi global yang saat ini sedang dihadapi dunia.

Keyanikan itu diutarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan pidato pembuka dalam gelaran World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (2/8/2016).

“Kita juga mengalami ancaman, ekonomi dunia lemah dan pemulihannya masih rentan,” ucap Jokowi, seperti yang diwartakan Detik.com.Oleh karenanya, Jokowi menekankan pentingnya toleransi yang harus dijalankan masyarakat muslim dunia demi menciptakan sinergi tersebut.

Apalagi, lanjut Jokowi, di era terbuka seperti saat ini, toleransi adalah sebuah keharusan.

“Yang lebih penting namun paling sulit, kita harus membangun budaya terbuka, di mana kita bukan hanya menoleransi perbedaan, namun secara tulus menghormati perbedaan. Hal tersebut harus ditanamkan sedikit demi sedikit, langkah demi langkah,” jelas Jokowi.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap ajang tahunan ini dapat meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi antarnegara yang hadir. Sayangnya, JK tidak memaparkan secara spesifik jenis kerja sama perdagangan atau investasi yang ingin ditingkatkan.

“Sekarang kan slow down (ekonomi melambat). Jadi bagaimana meningkatkan kerja sama agar bisa lebih stabil lagi,” ucapnya dalam Beritasatu.com.

Untuk diketahui, sejumlah isu penting akan dibahas dalam penyelenggaraan WIEF ke-12. Di antaranya, sukuk untuk pembiayaan infrastruktur, integrasi sektor halal dan keuangan syariah, perluasan industri makanan halal global, perkembangan industri mode muslim global, pengintegrasian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ke ekonomi global.

Selain itu, juga akan dibahas mengenai potensi perkembangan industri kreatif, wisata Islam dan pasar makanan halal dari pesatnya pertumbuhan ekonomi Islam.

Terkait dengan sektor keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan Rencana Induk tentang Arsitektur Keuangan Syariah dalam WIEF. Untuk memastikan ini efektif berjalan, pemerintah juga telah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah.

“Selama ini belum ada upaya terkoordinasi di tingkat nasional untuk mengarahkan pembangunan keuangan syariah. Setiap lembaga memiliki konsepnya sendiri-sendiri sesuai kapasitas dan kepentingannya masing-masing,” kata Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.

Sebagai catatan, sistem keuangan syariah di Indonesia sendiri sudah berjalan selama 20 tahun dengan 30 bank syariah, 53 takaful, 6 capital ventures, dan lebih dari 5.000 lembaga keuangan mikro.

WIEF yang merupakan yayasan nirlaba berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia, menggelar pertemuan tahunan yang kali ini diadakan di Indonesia dan diikuti oleh 69 negara Islam di dunia.

WIEF ini sebenarnya mirip seperti World Economic Forum yang selalu diselenggarakan setiap bulan Januari di Davos, Switzerland. Jika World Economic Forum itu fokus kepada hampir semua jenis usaha bisnis sektor keuangan-sektor riil dan juga kegiatan-kegiatan lain yang bersifat networking, maka World Islamic Economic Forum fokus pada kegiatan usaha/kegiatan bisnis keuangan yang terkait dengan dunia Islam.

Beberapa di antara pemimpin negara Islam yang hadir yakni Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak; Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon; Presiden Guinea, Alpha Conde; PM Sri Lanka, Ranil Shriyan Wickremesinghe; Wakil PM Jordania, Jawad Al Anani; dan Wakil PM Kuwait, Sheikh Anas Khaled Al-Saleh.

Sejumlah menteri negara sahabat, para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan ternama, dan pengusaha muda dari sejumlah negara juga hadir dalam acara yang digelar hingga Kamis (4/8/2016).


This article was published at the Beritagar website on 3rd August 2016.
Click here to view the original piece of the article.